Fenomena Komunitas Virtual dan Manfaatnya Bagi Kehidupan
Buah yang matang tentu akan sangat pas untuk dipetik dan dinikmati. Begitu juga dalam dunia teknologi informasi dan bisnis, kematangannya menjadi sebuah momentum untuk menjadi sebuah usaha yang patut untuk digeluti. Pada awal milinium ini kita pernah kebanjiran para pelaku bisnis online seperti Satunet, M-web, Lipposhop, dan para pelaku raksasa yang lain, namun sayang karena bisnis internet ketika itu belum matang, maka mudah di tebak, gelontoran dana yang begitu besar tidak bisa melawan hukum alam, mereka satu per satu mati dengan mengenaskan.
Apakah sekarang sudah saatnya kematangan itu tiba, tidak mudah untuk menjawabnya. Yang jelas seiring dengan makin banyak dan bervariasinya content di internet serta meningkatnya para netter (baca: pengguna internet), maka semakin lama internet menjadi sebuah kebutuhan pokok, terutama untuk mencari informasi dan perkembangan kekinian untuk networking. Kelebihan internet sebagai sumber segala sumber informasi, dengan “mbah google” nya sudah tidak perlu disangsikan lagi. Bahkan perkembangan terakhir sebagai sarana virtual networking, dengan Facebook sebagai leader nya, seakan kita terbius dengan dunia virtual ini.
Dari berbagai data dan penelitian, bukan hanya peningkatan secara kuantitatif pada jumlah netter dan lamanya para netter akses di internet, bahkan secara kualitatif para netter sudah masuk demikian dalam ketergatungannya pada dunia virtual ini. Fenomena ini tentu sangat menarik untuk kita ungkap, sayangyang nya di Indonesia masih sangat sedikit penelitian yang memfokuskan diri pada aktifitas para netter dengan berbagai dinamikanya. Sekarang di negara-negara maju telah berkembang sebuah framework penelitian yang mengkhususkan pada kehidupan virtual, yaitu: netnography, sebuah studi etnografi yang dikerjakan secara online. Observasi bisa dilakukan dalam diskusi-diskusi di mailing list, yang diikuti dengan eksplorasi secara lebih mendalam melalui online chatting dengan responden. Kalau dulu berbagai rumor atau berita, selalu bersumber dari media konvensional seperti surat kabar, majalah, radio dan televisi baru menjadi berbagai rumor dalam berbagai millist atau portal berita. Sekarang sebuah berita atau fenomena yang ada di dunia virtual sudah menjadi bahan berita media konvensional. Salah satu contoh yang akhir-akhir ini muncul misalnya tentang hantu ancol di sebuah youtube, menjadi konsumsi berita di TV; plesetan iklan Ponari Sweat di berbagai millist juga mendapat liputan Koran dan TV; bukti-bukti jiplakan karya band D’masiv yang di upload di youtube juga turut meramaikan berita infotaiment di TV, serta berbagai rumor foto para artis dengan pakaian sexy turut juga meramaikan kancah media konvensional terutama pada acara-acara infotainment.
Sebuah Pergeseran
Penemuan teknologi internet ini bisa disejajarkan dengan penemuan listrik dan mesin cetak, bahkan pengaruhnya mungkin lebih besar lagi dalam kehidupan kita sehari-hari pada era kekinian. Teknologi internet mampu menciptakan wahana dunia alternatif, yaitu: dunia virtual. Sebuah dunia instan yang plug and play, hanya dengan modal koneksi internet kita bisa muncul menjadi karakter dan sosok baru, yang sangat lain dibandingkan dengan sosok nya di dunia riil. Model interaksi pada komunitas dunia virtual tentu sangat beda di bandingkan dengan di dunia nyata, dan dengan mantra saktinya dunia virtual ini akan terus mereproduksi berbagai fenomena sosial, ekonomi dan politik dengan label virtual. Dalam berbagai disiplin ilmu pun tidak bisa luput dari wabah virtual ini, misalnya: netnography, cybersociology, cybernomic, cyberpolitic, dll.
Fenomena ini tentu tidak bisa lagi dengan serampangan kita kasih justifikasi, bahwa para netter ini lari ke dunia virtual karena mereka sekedar lari dari kenyataan hidup atau kalah bersaing di dunia nyata kemudian lari ke dunia virtual. Dari hari ke hari secara pelan dan pasti dunia virtual ini telah masuk demikian dalam dalam kehidupan kita sehari-hari, kita makin tidak berdaya untuk melepaskan diri dari belitan ikatannya. Sebuah gadget BB siap sedia 7 X 24 jam selalu menghubungkan kita dengan dunia virtual, dan siap menggeser berbagai traksaksional di dunia riil.
Karakteristik Komunitas Virtual
Komunitas virtual dapat dikategorikan menjadi 4 kunci karakteristik, motif, kardinilitas, isi, dan otonomi.
Berdasarkan motifnya, komunitas virtual dapat dibagi menjadi tiga, yang pertama adalah motif untuk menjalin hubungan antar manusia, yang kedua adalah motif untuk mendapatkan informasi, dan yang ketiga adalah motif untuk bertransaksi.
Berdasarkan kardinilitasnya, komunitas virtual bisa bersifat interaksi satu ke satu, satu ke banyak dan banyak ke banyak. Kardinilitas menggambarkan siapa yang mengontrol proses pertukaran informasi. Contoh dari interaksi satu ke satu yaitu pada private chat.
Berdasarkan isinya, isi dari sebuah komunitas virtual dapat berasal dari individu-individu yang berada didalamnya berupa diskusi-diskusi online dan pembuatan halaman web (blog) dari individu-individu itu, bisa juga berasal dari penyedia layanan komunitas dan bersifat tradisional, dalam kasus ini adalah pemerintah yang memberikan pengumuman namun pengumuman itu harus bersifat konsisten dan terkontrol dengan ketat.
Berdasarkan otonomi yang dimiliki dari sebuah komunitas virtual memiliki arti apakah komunitas virtual itu berdiri sendiri atau dimiliki bersama oleh anggota komunitas dan memiliki aturan yang telah disepakati bersama antar anggota komunitas itu.
Komunitas virtual memungkinkan pertukaran pengetahuan dan telah menuai kisah sukses di berbagai negara dan dikenal karena keefektivitasannya dalam menemukan solusi suatu masalah. Penerapan yang sukses dari komunitas virtual dan sehingga dapat mengidentifikasi kebutuhan yang penting dari masyarakat bisa mempromosikan tumbuhnya e-democracy, sehingga pemerintah akan mungkin akan mendengarkan diskusi dan pertukaran ide. Namun ada tantangan dalam membuat e-government terutama dalam hal harga dan ketersediaan infrastruktur teknologi, namun solusi komunitas virtual adalah solusi yang dapat didapatkan dengan teknologi dan harga yang terjangkau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar